Jumat, 30 Desember 2016

Pemuda galau yang menganggu

Pada suatu hari yang cerah dan berawan di pinggiran kota jakarta, ada seorang pemuda yang termenung memandangi hamparan awan yang tak sambil menunggu rembulan yang tersipu malu di balik matahari yang cerah. Sesekali pemuda itu melihat ke bawah dan meraba cangkir kopi yang berada di hadapannya. Lalu, dia adukan bibir cangkir ke mulutnya dan dia minum dikit demi sedikit kopi pasar rubuh yang desuh dengan air hangat disertai hati yang rubuh dan hangat.

"apa yang dia lakukan saat ini?" ucapnya tanpa sadar sambil mengosongkan pikirannya dari penglihatannya. Di tangannya, ada pena yang siap menuangkan kata-katanya. Entah sebuah puisi atau cerita yang aneh menurut orang aneh. Dia tuangkan ucapanya dalam buku yang sudah lusum dan lecek. Dia berucap serta ia tuliskan lalu terdiam sejenak sambil menunggu penampakan rembulan yang masih malu-malu bersembunyi di saat matahari yang kian redup. 

"Ooh, rembulan!", Sautnya sambil melihat awan yang mulai memerah.

" Ooh, rembulan!", Eluhnya sambil termenung dalam hati yang kecewa.

"Ooh, rembulan!", ucapnya semakin lantang hingga memecahkan suasana hati pejalan kaki yang bahagia, yang melintas di depannya dari tempat kerja menuju istana-istana sederhana yang dihuni sang istri, yang mereka sebut ratu tercantik sejagat raya. 

"Ooh, rembulan!" lantunya memekik dan tersambut oleh tetangga sebelah yang mulai usik dengan kata-kata yang diulang hingga membangunkan sang bayi yang terlelap di pangkuan ibunya.

"Hai, mas. Kenapa? Lagi patah hati ya?", tanya ibu setengah baya yang terusik karena cucunya terbangun sambil menjerit kaget.

" Tidak, bu?" jawab si pemuda dengan mencoba membohongi dirinya dan si ibu itu.

"Kenapa teriak-teriak ; Oh, rembulan, Oh, rembulan?" tanya si bu yang penasaran. 

"Saya lagi membuat puisi. Buu." sahut si pemuda.

"Ooh, buat puisi. Kirain kesurupan." ucap si Ibu dengan nada yang sinis.

"Maaf, Buu", ucap si pemuda.
Lalu, si pemuda itu menutup bukunya dan mengantongi pena-nya sambil beranjak memasuki rumah yang berantakan.

Pemuda penunggu rembulan itu telah terbangun dari angan-angan nestapa masa lalunya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar