Selasa, 17 September 2013

Wangsit

Wangsit
Dia tinggal di rumah itu. Di sebuah rumah tua bergaya bangunan khas jawa. Siapapun yang melintas di depannya maka akan mengira bahwa rumah itu adalh rumah kosong tak berpenghuni, ditambah lagi dedaunan  pohon yang berserakan  semakin menampakan nuansa angker.
Sungguh menyedihkan dia benar-benar hidup sendirian. Badannya kurus kering, matanya mencekung, dan seperti selalu basah meneteskan air mata. Pakaian yang dikenakannya seperti tak pernah ganti, baju batik lusuh lengan panjang, sarung berwarna merah kumal, dan kopyah hitam yang sudah jamuran.

Tak ada barang-barang berharga di dalam rumah itu, kecuali sebuah radio, sepeda onthel butut, dan bertumpukan buku-buku lama dan kitab-kitab kuno tentang agama. Wajahnya selalu tampak pucat, suaranya serak dan seperti tak ada lagi hasrat untuk bicara. Sorot matanya senantiasa menampakan pendiritaan, dan ternyata benar, dia adalah sesosok yang kini berusaha bertahan dalam sebuah guncangan penderitaan.
***
Dia bernama Ahmad, lengkapnya Ahmad zuhri. Orang memanggilnya mas Ahmad ada juga gus Ahmad. Walaupun kini dia hidup dalam keadaan silang sengkarut, tapi cukup terhormat dalam masyarakatnya. Ini tak lain karena pengaruh wibawa almarhum bapaknya, Haji maskur. Haji maskur adalah seorang kiai di kampungya, sebagian orang menyebutnya kiai Syakur, kiai langgar.

 Namun kini kedua orang tuanya sudah tiada, mereka meninggal sejak dua tahun yang lalu, kebetulan waktu itu dia baru saja pulang dari pondok pesantren. Inilah awal  penderitaan itu dimulai. Kepergian kedua orang tuanya itu adalah peristiwa besar baginya. Mas Ahmad benar-benar terpukul. Peristiwa itu sangat mempengaruhi  perjalanan hidupnya, memberi pelajaran yang berharga baginya. Dan membuatnya mengerti bahwa dia harus mampu hidup mandiri.

 Beberapa waktu kemudian setelah peristiwa itu mas Ahmad memulai membuka lembaran hidup baru. dengan sejumlah modal yang ia dapatkan dari pinjaman. Dia membuka sebuah usaha. Kali ini mas Ahmad merasa menjadi dirinya sendiri mencari nafkah sendiri, berjuang sendiri dan lebih-lebih sebagai alumni pesantren dia juga harus memikirkan bagaimana dakwah di masyarakatnya.

Tapi kenyataannya usaha yang dia rintis itu selalu gagal, berkali-kali dia buka usaha yang sama, belum sempat ia nikmati keuntungannya, tiba-tiba kerugian semakin nyata, selalu bangkrut dan hutangnya semakin menumpuk. Hari-hari berikutnya ia hanya bisa pasrah sambil menunggu takdir keberuntungan entah dalam bentuk apa. Habis mau berbuat apa lagi, seluruh isi perabot rumahnya lenyap terjual. Itupunbaru menutup secuil dari hutangnya yang selangit.
***
Mentari senja mulai terbenam, rumah tua itu semakin  gelap. suara jangkrik bersahutan, kelelawar hilir mudik mencari rizkinya. Mas Ahmad duduk termenung. mulutnya terus bergerak-gerak seiring putaran tasbih di tangannya.ia sengaja selalu tetap berjaga, sebab disaat terlelap, berkali-kali ia bermimpi bertemu orang-orang yang berwajah garang dan murka. Orang-orang itu adalah pak lurah, pak Din juragan beras, pak Bambang si pemborong, dan pak solikin pengusaha ternak, dalam mimpi itu mereka datang dengan marah-marah untuk menagih hutangnya.

Sial, peristiwa itu tidak hanya terjadi dialam mimpi. Keesok harinya dan hari-hari setelahnya para juragan itu benar-benar datang menemuinya. Mereka datang dengan membentak, mencaci bahkan ada yang mengancam untuk menyelesaikan secara hukum.
***
Di samping rumahnya terdapat sebuah surau tepat di bawah pohon sawo. Surau peninggalan almarhum bapaknya, kiai maskur. Ya,hanya di dalam surau itulah terlahir benih harapan dalam hatinya. Jika ia ingat surau itu, ia teringat sesosok mbah Salam. Beliau adalah seorang kakek –kakek yang bertahun-tahun merawat surau itu. Mas Ahmad sangat yakin mbah salam mampu menolongnya, sebab di mata mas Ahmad, mbah Salam adalah orang sufi dan setiap apa yang dikatakanya seolah ada sebuah kekuatan keramat.

 " Sabar Mas, dan yakinlah bahwa semua penderitaan yang sampean alami ini adalah bagian dari kasih sayang Allah. Barangkali ada sebuah hikmah besar di kemudian hari, sebagai seorang kesatria kau tidak boleh menyerah". Kata mbah Salam.

Dengan kata-kata yang lugu dan polos tapi cukup menyentuh hati. mas Ahmad perlahan-lahan merasakan benih-benih semangat yang tiba-tiba mengalir dari nasehat orang tua itu. Sebuah nasehat layaknya kekuatan yang sanggup membangkitkan kehidupan yang nyaris layu. Mas Ahmad semakin kagum padanya. Kemudian sebelum mas Ahmad meninggalkan surau itu. Mbah Salam terlihat berbicara lirih setengah berbisik, mas Ahmad tampak sesekali mengangguk penuh yakin dengan apa yang disampaikannya. Sepertinya mbah Salam menyampaikan suatu pesan yang harus dilakukan mas Ahmad.
***
Semenjak pertemuan mas Ahmad dengan mbah salam beberapa waktu lalu, kini dia telah pergi meninggalkan kampung halamannya. Rumahnya kosong, sepi tak berpenghuni. Para tetengga sebelah, masyarakat sekampung dan siapapun orangnya tak akan pernah tahu kemana perginya mas ahmad kecuali hanya mbah Salam dan juga mas ahmad sendiri. Sesuai saran dan petunjuk mbah salam, mas ahmad harus pergi jauh menuju sebuah hutan belantara yang letaknya berada di sebuah lereng pegunungan dan jauh dari pemukiman penduduk. Selama beberapa hari tertentu sesuai syarat yang diberikan mbah salam. Di tengah hutan yang jauh dari congkaknya dunia itu Dia melakukan ibadah-ibadah khusus yang semata-mata hanya untuk bermunajat kepada Allah.

 Aneh betapa persoalan yang melanda hidupnya, dia mencari jalan penyelesaian  yang tidak masuk akal. Mungkin kebanyakan orang menganggapnya tahayul mistik, dan hanya orang-orang bodoh dan kampungan saja yang bersikap seperti itu. Tapi mau bagaimana lagi, otaknya seperti sudah beku jika teringat cobaan hidup yang tak kunjung berkesudahan itu dan tak ada lagi yang ia dapat kerjakan, selain melaksanakan apa yangb dikatakan mbah salam. Orang yang ia yakini hamba yang dekat dengan tuhannya dan cepat terkabul semua do'anya.

Kekuatan dan kesabaran orang memang ada batasnya, begitu juga dengan mas ahmad. Sebab hingga hari terakhir sesuai yang disyaratkan oleh mbah salam itu sama sekali belum menemukan sebuah keajaiban, barangkali kejatuhan uang dari langitpun tidak. Tiba-tiba rasa putus asa menjalar dalam hatinya. Bagaimana tidak sudah beberapa hari ia lewati dengan mengosongkan perutnya demi tercapainya sebuah maksud, ternyata belum mendapatkan apa-apa. Ia sudah tak tahan untuk segera pulang meninggalkan alam hutan yang selalu mengancam jiwanya itu. Biarlah entah apa yang terjadi ketika ia berada di rumah nanti.

 Tiba-tiba ketika baru saja melangkahkan kakinya ia dikejutkan oleh sesuatu. Ia melihat sorang kakek-kakek yang tiba-tiba menyembul dari sebuah bongkahan batu besar yang ada di depanya. Sang kakek yang berpakaian serba putih itu tak banyak berkata apa-apa kecuali menjulurkan telunjuknya mengarah pada dedaunan yang agak aneh.
"ambillah dedaunan itu nak. Tanamlah di depan rumahmu. Daun itu adalah obat segala penyakit". Jelas sang kakek.
 Dalam benaknya, semakin menambah bingung saja kakek misterius itu bukannya memberi sekarung  uang barangkali., tetapi malah menunjukkan sebuah dedaunan yang baginya agak asing bentuknya. Daun yang belum pernah ia temui sebelumnya. Lalu apa pula maksudnya. Lantas Hendak ia bertanya pada sang kakek itu, seketika sang kakek sudah lenyap dari pandangan mata.
***
Sehari-dua hari sejak kembalinya dari hutan, mas ahmad masih dipusingkan akibat memikirkan tentang daun aneh itu. Baru setelah keesok harinya, ia dikejutkan oleh sebuah mobil mewah yang tiba-tiba berhenti di depan rumahnya. Sebuah mobil berwarna silver mengkilap yang masih terlalu asing bagi masyarakat sekampungnya.tapi dari plat nomornya sudah dapat dipastikan bahwa orang itu datang dari sebuah kota nomor satu di provinsinya. Siapakah sebenarnya orang itu ? hatinya was-was penuh tanda tanya, ia sama sekali belum pernah kenal dengan wajah orang yang baru saja turun dari mobil itu.

Mas ahmad sudah beberapa kali mencoba memutar ingatannya tapi juga tak kunjung ketemu, sebab seingat dia tak pernah sekalipun berurusan masalah uang dengan orang itu. Setelah berbincang-bincang sukup lama ternyata orang itu adalah seorang pengusaha besar, ia menghaturkan maksud kedatangannya yang pada intinya adalah dengan sungguh-sungguh hendak meminta tolong kepada mas ahmad. Mas ahmad semakin kaget tak mengerti dalam benaknya, seharusnya dialah yang mendapatkan pertolongan. Tapi anehnya ada orang kaya raya yang hendak meminta pertolongan  kepadanya.

 "sebentar pak, bapak mau minta tolong yang bagaimana maksudnya? Dan bapak tahu alamat dan nama saya dari mana? Barang kali anda salah alamat".

 "tidak mas, dan aku yakin mas ahmad adalah orang yang selama ini aku cari, ceritanya panjang mas".

 Kemudian seorang pengusaha itu bercerita panjang lebar tentang semua persoalannya; bahwa saat ini dia sedang mengalami kehancuran dalam semangat hidupnya. jiwanya tergoncang. Itu akibat istrinya tercinta sedang menderita sakit ganas yang sampai bertahun-tahun tak kunjung sembuh.

dia sudah beberapa kali mencoba ke berbagai pengobatan medis dan alternatif., tapi hasilnya selalu nihil. Terakhir ia mencoba mendatangi seorang kiai yang sangat terkenal ahli pengobatan di daerahnya. Tapi sanyangnya sang kiyai enggan memberikan obat untuknya. Sebaliknya malah ia memberikan saran agar mendatangi sorang bernama ahmad zuhri lengkap dengan ciri-ciri dan alamatnya.

 "wah tak sia-sia aku pergi jauh-jauh ke hutan dengan membawa daun  aneh itu". Gumam mas ahmad dalam hati.
"jangan khawatir mas, jika mas berhasil menyembuhkan istri saya berapapun uang yang anda minta akan saya bayar. Dan kalau perlu akan ku tambah lagi sebidang tanah buat mas".kata pengusaha itu.

 "insya Allah pak, dan bapak harus yakin bahwa semua yang anda harapkan akan berhasil jika tuhan menghendaki".

 Lalu mas ahmad memberi dedaunan yang ia bawa dari hutan itu kepadanya, serta beberapa tata cara mengkonsumsinya.
***
Selang satu minggu kemudian pengusaha itu datang lagi ke rumahnya bersama istri tercintanya yang sudah sembuh total. Ia berterima kasih sekaligus memenuhi janjinya kepada mas ahmad. Badai itu akhirnya berlalu. Dan semua penderitaan yang ia alami itu kini terbayar dengan anugerah besar. Semua hutangnya lunas ditambah lagi ia mendapatkan modal yang lebih besar.

 Dan sebagai ungkapan rasa syukur mas ahmad yang tida tara. Sebidang tanah yang cukup luas hasil hadiah dari seorang pengusaha itu kini ia dirikan sebuah pondok pesantren.

 Tapi sayang, sebab ada satu hal lagi yang masih membuatnya penasaran berkepanjangan. "siapakah kiai ampuh yang membuat seorang pengusaha tersebut  meminta tolong padanya? Sebab walaupun mas ahmad sudah diberikan nama dan alamat lengkap dari pengusaha tersebut, hingga kini ia tak pernah ketemu, setelah beberapa kali mencarinya.

Sekian.

Lirboyo, 09 maret 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar